Pelatihan Sikap Mental

Pelatihan Sikap Mental
Pelatihan Sikap Mental di Perusahaan

Pendiri Suarahati Kudus

Jumat, 29 Maret 2013

Catatan @ Banda Aceh, Nangro Aceh Darussalam

hared by domidoyo

Catatan @ Banda Aceh, Nangro Aceh Darussalam

Updated Mar 28, 2013
                                      Surat Terbuka Buat Susilo Bambang Yudoyono  

Sangat sulit saya menyebut anda sebagai Tuanku, karena bagi saya anda bukan Tuanku. Bagi saya Tuanku adalah sesosok manusia yang mempunyai hati sebagai manusia. Bukan hati mahluk lain. Bagi saya Tuanku adalah sesosok manusia yang sangat berperasaan. Dia tahu arti getirnya kehidupan yg dilanda kemalangan. Dia tahu betul arti cinta dan persaudaraan. Tuanku adalah sesosok manusia pengayom, yang mau mengayomi semua orang yang menyebut diri Tuanku sebagai Tuanku. Tuanku selalu menempatkan dirinya sebagai bapak/ayah/kakak/teman bagi semua orang. Dia betul-betul menjadi segalanya bagi semua orang.  

Tapi, okeylah. Toh saya harus menyebut anda tuanku, karena secara de jure anda adalah tuanku. Namun, agar perasaan dan pandangan saya  tentang Tuanku terakomodasi, maka ijinkan saya menyebut anda sebagai tuanku dengan huruf "t" kecil. Mengapa? Karena bagi saya anda belumlah menjadi Tuanku sebagaimana yang saya bayangkan tentang Tuanku. Paling tidak anda bukanlah Tuanku ketika anda berhadapan dan seharusnya menyikapi masalah-masalah agama!

Anda begitu bangga dengan pernyataan basa-basi dari antek-antek anda (menteri2 anda) yang bicara dimanapun, sampai ke ujung dunia bahwa di Indonesia tidak ada intoleransi! Apakah anda berpikir bahwa rakyat anda buta? Dunia buta dan tak bertelinga? Sehingga anda bangga dengan antek2 anda yang sudah membodohi dunia, seolah-olah dunia betut-betul bodoh seperti yg dipikirkan antek2 anda? Anda salah jika anda berpikir bahwa rakyat bisa dibodohi dan, apalagi, dunia bisa dibodohi. Anda salah jika anda berpikir bahwa jika sudah memberikan statement bahwa di Indonesia tidak ada intoleransi maka intoleransi dengan sendirinya tidak ada. Saya harap anda tidak sedang berpikir begitu.

Anda sering berkata bahwa anda tidak mau ikut campur masalah hukum. Itu betul. Sangat betul. Tapi, bagaimana jika antek-antek anda memang mempermainkan hukum? Berkelit atas nama hukum, tanpa sedikitpun terusik atas nama keadilan?! Apakah anda berpikir bahwa hukum sudah sesuai dengan rasa keadilan? Bagaimana anda melihat persoalan hukum yg terjadi di dalam masyarakat akar rumput yg tanpa kuasa? Maling ayam dipukuli sampai babak belur. Bahkan, ditembaki untuk dilumpuhkan. Bagaimana anda melihat soal-soal hukum yg dialami oleh anak antek2 anda, Hatta Rajasa, yg belum lama ini menabrak orang sampai mati? Namun, hanya dijatuhkan hukuman 5 bulan dengan masa percobaan 6 bulan. Bagaimana, jika yang menabrak sampai mati adalah seorang supir angkutan? Apakah dia akan mendapatkan hukuman seperti itu? Menurut saya hukum belum tentu berbanding sejajar dengan rasa keadilan. Malah atas nama hukum para penegak hukum bisa mempermainkan hukum.

Bagaimana anda melihat kasus-kasus yg bernuansa agama yg sering kali dianggap sepi oleh antek2 anda dan anda juga? Bagaimana anda melihat kaum minoritas yang semakin dipinggirkan atas nama hukum? Bagaimana anda melihat kasus GKI YASMIN yg sekalipun sudah dimenangkan secara hukum, namun toh, antek2 anda tak peduli dengan keputusan hukum tertinggi? Ini salah satu contoh yg terjadi di negeri yg anda pimpin, di mana itu terjadi di depan mata anda dan antek2 anda. Tapi toh antek2 anda masih bisa mengatakan bahwa di Indonesia tidak terjadi intoleransi. Sungguh mengejutkan pernyatan itu. Apakah atas nama hukum juga anda mau mengatakan "biarlah semuanya diselesaikan secara hukum, sementara yang terjadi adalah terus-menerus pelanggaran hukum?

Bagaimana anda bisa percaya bahwa di Indonesia aman, damai? Kehidupan beragama sangat ditandai oleh toleransi? Apakah anda tidak pernah menonton televisi, membaca koran? Bukankah sudah banyak yang ditayangkan di televisi dan media massa lainnya bahwa telah terjadi intoleransi? Bagaimana anda melihat ada kelompok yg mengatasnamakan agama lalu dengan seenak perutnya menganiaya orang lain yg berseberangan dengan mereka? Penegak hukum tak mampu mengatasinya, dengan alasan kurang personil di lapangan. Padahal, dengan jelas perusuh itu membawa benda-benda berbahaya. Bagaimana anda melihat kejadian intoleransi yg terjadi pada kelompok minoritas, sebagai contoh ahmadiyah, yg sudah ada sebelum republik ini berdiri, malah dinyatakan sesat?! Anda percaya dengan pernyataan sesat dari kelompok perusuh yg selalu membawa senjata tumpul atau apapun yg siap menghancurkan orang yg berseberangan dengan mereka.

Bagaimana anda melihat kasus HKBP SETU? Mereka bukan  tidak mau mengurus ijin. Mereka sedang mengurus ijin, namun ijin tidak juga dikeluarkan oleh pemerintah setempat. Apa salahnya orang membangun rumah ibadah? Toh tempat itu dipakai untuk mendidik umatnya agar mereka percaya pada Tuhan dan hidup yg benar. Bukankah itu justeru menolong rakyat anda agar mereka hidup baik? Dan tentunya, menolong anda juga?

Anda sibuk dengan masalah dinternal partai yg anda dirikan. Anda memberi waktu untuk menyelesaikan masalah partai anda. Tapi, tak sedikitpun anda turun tangan menyelesaikan masalah intoleransi. Apakah anda berpikir bahwa anda bukan presiden rakyat Indonesia, yang di dalamnya,  semua golongan berada di bawah asuhan anda? Atau, memang anda berpikir bahwa anda hahya sekedar presiden partai anda saja? Jika ya, saya bisa maklumi. Dan jika ya begitu, saya ingin sekali mengajak agar anda sadar. Anda adalah orang besar di republik ini. Anda tidak sekecil apa yang anda pikirkan, bahwa anda sekedar presiden partai anda. Anda adalah presiden republik yg sangat besar ini! Anda orang besar. Jadi, tolong tunjukkan pada kami, kaum minoritas, bahwa anda adalah juga presiden kami. Anda adalah pengayom kami, sehingga kami merasa memiliki bapak, ayah, teman, sahabat, pemimpin dan Tuanku.

Saya berharap anda keluar dari sekedar tuanku menjadi Tuanku. Saya akan memanggil anda Tuanku Yang Mulia, jika anda betul-betul mau peduli pada masalah-masalah di sekitar anda dan rakyat yang anda pimpin. Saya berharap anda menjadi Presiden Republik Indonesia, dan bukan sekedar presiden partai, atau sekelompok umat. Saya berharap anda menjadi Tuanku, Yang Mulia.


Salam saya,


Domidoyo M. Ratupenu
Seorang anak bangsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar