IBADAH BARU OLEH
YEROBEAM
Peribahasa
“lupa kacang akan kulitnya” adalah sangat tepat untuk menggambarkan perjalanan
karir Yerobeam sebagai raja. Belum lama ia memegang tampuk pimpinan, ia sudah
mengabaikan siapa yang mendudukkan dia sebagai raja, dan melanggar syarat yang
harus senantiasa dia penuhi serta batas wewenang yang ia punyai agar takhtanya
tetap kokoh. Ia menggantikan Allah dengan ilah-ilah lain dan membuat kuil-kuil
di bukit pengorbanan. Bahkan ia mengangkat imam-imam dari rakyat biasa. Berarti
ia menjadikan dirinya sebagai pusat dari seluruh sendi kehidupan kerajaan
Israel.
Apabila
ditinjau dari tujuannya untuk memperkokoh kerajaannya dan menyatukan umatnya,
tindakan Yerobeam sangat tepat dan merupakan bukti bahwa ia mempunyai pandangan
yang luas dan jauh ke depan. Namun bila ditinjau dari bagaimana cara ia
mencapai tujuan tersebut, Yerobeam sudah melakukan suatu kesalahan yang sangat
fatal dan komprehensif. Ia mempertahankan kekuasaan sosial dan politik dengan
memanipulasi kerohanian bangsanya. Rakyatnya tidak hanya dibawa pada jalan yang
berdosa, namun dosa mereka pun adalah dosa yang terstruktur dan terkontrol oleh
lembaga politik yang sah. Betapa mengerikan apa yang dilakukan oleh Yerobeam.
Latar belakang Yerobeam adalah anak
seorang pegawai istana biasa. Jika ia sekarang menjadi raja, itu bukti bahwa
Allah sungguh berdaulat atas dia (baca Rajaja 11 : 31) Allah pun sudah berjanji
bahwa keluarganya akan dibangunkan seperti keluarga Daud jika ia setia kepada~Nya.
Mengapa ia harus kuatir bahwa rakyatnya akan meninggalkannya, saat mereka harus
pergi ke Yerusalem secara berkala untuk beribadah ? (ayat 27) Tidakkah ia sudah
mendengar dan melihat bahwa Allah akan memecahkan kerajaan Israel menjadi dua,
karena ketidaktaatan Salomo ? Mengapa ia tetap melanggar perjanjian yang pernah
dibuat Allah untuknya ? Jawaban dari semua pertanyaan itu adalah seluruh
peristiwa menakjubkan yang baru saja ia alami, ternyata tidak membuat iman dan
pengenalannya terhadap Allah menjadi mendalam dan berpusat kepada~Nya.
Ternyata saudara sekalian, berkat dan
anugerah Allah yang begitu melimpah tidak selalu berdampak positif. Bila
seseorang tidak meletakkan berkat Allah dalam perspektif rencana Allah bagi
hidupnya, akan menjadi penyesat yang sangat berbahaya baik bagi dirinya sendiri
maupun orang lain. Amin (KAP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar